27 Oktober, 2009

Fosil Bayi Mammoth Mengandung Susu dan Feses

Fosil Bayi Mammoth Mengandung Susu dan Feses

KOMPAS.com — Penemuan fosil bayi mammoth yang nyaris utuh di bawah lapisan es dekat Kutub Utara masih menyisakan kejutan baru. Analisis terakhir yang dilakukan menemukan residu susu dan feses di dalam ususnya.

Baik susu maupun feses tersebut mungkin berasal dari induk bayi mammoth yang diberi nama Lyuba oleh para ilmuwan itu. Feses mungkin diberikan induknya agar bayi mammoth memperoleh bakteri baik yang berguna dalam sistem pencernaannya. Kebiasaan ini umum dilakukan anakan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan saat ini.

Selain susu dan feses, para ilmuwan yang menelitinya juga memastikan bahwa tumpukan lemak yang tebal ditemukan di belakang leher Lyuba. Pada hewan-hewan mamalia tertentu, punuk berlemak bermanfaat menghasilkan panas tubuh yang dibutuhkan selama beberapa bulan sejak kelahiran.

"Residu susu yang ditemukan pada analisis terakhir, ditambah punuk yang berlemak di belakang lehernya, mengindikasikan bahwa bayi mammoth ini sehat dan mendapat asupan makanan cukup," ujar Daniel Fisher, salah satu ilmuwan dari Universitas Michigan yang menelitinya.

Menurutnya, Lyuba merupakan fosil pertama yang mati dalam kondisi utuh dan sehat. Sebelumnya, para ilmuwan menemukan sejumlah fosil mammoth, tetapi tidak lengkap atau diperkirakan mati karena kelaparan.

Penemuan tersebut akan membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut makanan dan perilaku mammoth. Analisis tambahan terhadap gigi dan bagian tubuh lainnya juga akan mengungkap penyebab punahnya mammoth sekitar 10.000 tahun lalu.

Lyuba diperkirakan mati 40.000 tahun lalu karena terperosok lumpur di dekat sungai. Fosilnya ditemukan dua tahun lalu di Siberia, Rusia.

Goa Raksasa

Goa Raksasa di Vietnam Mungkin Terbesar di Dunia
Gua Hang Son Doong di Vietnam mungkin tercatat sebagai gua terbesar di dunia saat ini.

HANOI, KOMPAS.com — Sebuah goa di dalam Taman Nasional Phong Nha-Ke Bang, Vietnam, digadang-gadang sebagai goa terbesar di dunia. Betapa tidak, lebar rongganya mencapai 150 meter dan tingginya 200 meter.

"Goa tersebut panjangnya 6,5 kilometer saat ini, tetapi ujung rongganya masih berlanjut dengan dinding kalsit setinggi 45 meter yang menghentikan langkah kami," ujar Adam Spillane, salah satu anggota tim ekspedisi dari Inggris yang menelusuri goa tersebut.

Goa yang diberi nama Hang Son Doong atau berarti goa sungai pegunungan itu ditemukan pertama kali oleh penjaga hutan bernama Ho Khanh pada 1991. Namun, tak seorang pun yang pernah menelusurinya karena besarnya dan tekanan angin yang tinggi karena adanya sungai bawah tanah yang sangat besar.

Sebanyak 13 orang gabungan penjelajah dari Universitas Sains Vietnam dan penjelajah Inggris akhirnya menggelar Caving Expedition 2009 masuk ke dalam goa. Mereka menghabiskan waktu lima hari pada pertengahan April untuk menyurvei jalur goa.

Dengan membawa alat ukur berbasis LaserRace 300, tim dapat mengukur tinggi langit-langit dan lebar rongga di sepanjang perjalanan dengan harapan dapat membuat petanya. Saat ini datanya masih dianalisis.

Namun, hasil laporan awal menunjukkan, besar rongga utamanya mencapai dua kali lipat rekor goa terbesar saat ini. Jadi, Hang Son Doong mungkin goa terbesar yang ada di dunia saat ini.

Laba-laba Vegetarian

Ini Dia Laba-laba Vegetarian Pertama di Dunia
Lab-laba Bagheera kiplingi yang hidup di Meksiko dan Kosta Rika merupakan laba-laba vegetarian pertama di dunia.

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir semua spesies laba-laba merupakan jenis predator yang memangsa hewan lainnya, dari serangga sampai burung. Di antara lebih dari 40.000 spesies laba-laba yang ada di dunia, laba-laba yang baru ditemukan ini mungkin jenis pertama diketahui makan tumbuh-tumbuhan.

Hewan berkaki delapan yang diberi nama Bagheera kiplingi itu, hidup di Amerika Tengah khususnya Meksiko dan Costa Rika. Laba-laba vegetarian yang besar tubuhnya hanya seukuran kuku orang dewasa itu memangsa ujung daun akasia.

"Ini benar-benar laba-laba pertama yang diketahui memangsa tumbuh-tumbuhan. Ia juga laba-laba pertama yang diketahu menjadikan tumbuh-tumbuhan sebagai mangsa pokoknya," ujar Christopher Meehan dari Universitas Villanova, Pennsylvania, AS yang melaporkan penelitian tersebut bersama peneliti lainnya dalam jurnal Current Biology edisi teranyar. Ia mengatakan hampir semua buku teks laba-laba tak ada yang pernah menyatakan ada laba-laba pemakan tumbuh-tumbuhan.

Dalam memperoleh sumber makanan ia cukup dibantu peran semut penjaga yang hidupnya juga di pohon akasia. Pasalnya dengan semut yang menguasai akasia, tidak ada herbivora lainnya yang berani mendekat. Namun, karena semut juga makan ujung daun, selain nektar, laba-laba harus melakukan strategi khusus.

Saat berburu mangsa, laba-laba tersebut harus menghindari smeut penjaga dengan memanfaatkan jaringnya untuk bergerak naik turun. Laba-laba juga membangun sarangnya di pangkal daun akasia tua yang jarang sekali dilalui semut.

Selain memangsa ujung daun, laba-laba tersebut sebenarnya masih memangsa lainnya seperti larva semut dan nektar. Saat memengsa semut mereka akan berpura-pura menjadi semut dengan melakukan gerakan zig-zag.

Meski demikian, pengamatan yang dilakukan menggunakan rekaman video dan analisis kimia menunjukkan laba-laba tersebut tetap mendapatkan sebagian besar makanan dari tumbuhan. Populasi di Meksiko memperoleh 90 persen makanan dari jaringan tumbuhan dan sisanya larva semut, nektar, dan lainnya. Sementara populasi di Kosta Rika memperoleh 60 persen makanan dari daun akasia.