28 November, 2010

Pengolahan Bijih Emas

Pengolahan batuan emas tradisional yang menggunakan tromol ( glundung) dan merkuri sebagai alat utama memiliki berbagai kekurangan, terutama tingkat perolehan yang sangat rendah. Pengolahan yang dilakukan berkali-kali hanya mampu meningkatkan perolehan emas maksimum 40% .

Perolehan yang rendah ini disebabkan berbagai hal, namun yang utama adalah batuan emas yang diproses sebagian besar masih terbungkus / berasosiasi dengan logam-logam lain ataupun mineral sulfida, sehingga tak mampu teramalgamasi.
Untuk mengatasi hal ini diperlukan tahapan proses penyingkiran kotoran terlebih dahulu, sehingga selanjutnya logam emas mampu melarut di dalam cairan raksa.
Penggunaan bahan kimia sebagai pembersih logam pengotor mengakibatkan perolehan logam emas dapat meningkat hingga 70% dalam proses pengolahan sistem tromol, hanya dalam sekali proses.
" " Contoh Buku"
" ...Jenis logam ukuran sedang dan halus masih cukup banyak ditemukan di alam, baik dalam batuan maupun pasir. Batuan jenis ini dinamakan batuan emas jenis aluvial Alluvium adalah struktur padatan yang rapuh, tak menyatu dalam bentuk batuan solid, dan sangat labil. Sktruktur alluvial biasanya terdiri dari berbagai material dan mineral, meliputi partikel halus silt ( partikel yang memadat akibat dari pengendapan dalam wadah air) dan clay ( lumpur halus) , dan partikel yang lebih kasar berupa pasir dan butiran. Batuan alluvial biasanya mengandung sejumlah emas dan platina dalam jumlah yang cukup tinggi.
Emas juga ditemukan dalam batuan logam dasar seperti tembaga, galena, sphallerite, dsb. Emas jenis ini dapat diproses dengan cara yang berbeda dari proses biasanya.
Emas juga ditemukan dalam bentuk senyawa logam dalam batuan calaverite, sylvanite, nagyagite, petzite and krennerite. Akan tetapi emas jenis ini sangat jarang ditemukan. Biasanya emas bersenyawa dengan logam tellurium dalam bentuk garam AuTeS2.
Logam perak umumnya ditemukan dalam 2 jenis, yaitu ; jenis logam yang merupakan logam paduan antara perak dan emas, serta senyawa logam perak Argentit Ag2S. Jenis argentit memiliki persentase yang jauh lebih tinggi dibanding jenis logam dalam batuan..."
" ...Batuan emas refraktory secara alami sangat sulit diekstrak menggunakan proses-proses yang biasa. Jenis batuan ini memerlukan proses pembersihan awal sebelum dilakukan proses ekstraksi. Emas jenis refraktory umumnya mengandung mineral sulfida, karbonat, atau campuran kedua-duanya. Mineral sulfida biasanya menjebak atau melingkupi emas halus sehingga tak tertembus oleh proses ekstraksi biasa.
Dalam proses ekstraksi sianida, karbon yang ada dalam batuan emas dapat menyerap larutan kompleks emas sianida dalam jumlah yang besar, seperti halnya apa yang dilakukan oleh karbon aktif, sehingga perolehan logam yang diinginkan menjadi turun akibat penyerapan yang dilakukan partikel karbon yang sangat halus.
Proses pembersihan awal dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain ; pemanggangan, bio-oksidasi, oksidasi tekanan udara, penggilingan yang sangat halus.
Pemanggangan bertujuan mengoksidasi senyawa sulfida maupun karbonat menggunakan oksigen ( udara) pada temperatur yang tinggi. Bio-oksidasi adalah proses oksidasi yang dilakukan dengan bantuan mikroorganisme, semacam bakteri pemakan besi dan belerang ( thiobacillius ferrooksidan) dsb. Oksidasi tekanan udara dilakukan dengan cara menyuntikkan oksigen ke dalam larutan disaat proses ekstraksi berlangsung. Penggilingan halus dilakukan untuk memperoleh logam emas yang bebas ( terlepas dari perangkapnya) ...."
" ...Peristiwa oksidasi reduksi suatu atau beberapa unsur ataupun molekul menimbulkan tegangan listrik yang dapat diukur. Tegangan listrik yang timbul ini disebut juga potensial elektroda. Berdasarkan hal ini, secara empiris terbukti bahwa makin mulia suatu unsur maka makin tinggilah potensial elektrodanya. Artinya, makin mulia suatu unsur maka makin sulit unsur tersebut teroksidasi, dan makin mudah tereduksi dari bentuk senyawanya...."
" ...Peristiwa oksidasi reduksi suatu atau beberapa unsur ataupun molekul menimbulkan tegangan listrik yang dapat diukur. Tegangan listrik yang timbul ini disebut juga potensial elektroda. Berdasarkan hal ini, secara empiris terbukti bahwa makin mulia suatu unsur maka makin tinggilah potensial elektrodanya. Artinya, makin mulia suatu unsur maka makin sulit unsur tersebut teroksidasi, dan makin mudah tereduksi dari bentuk senyawanya..."
" ...Logam emas dapat diekstrak dari batuan menggunakan pelarut kimia. Ada beberapa jenis pelarut emas, antara lain ; alkali sianida, asam thiourea, alkali thiourea, thiosulfat, thiosianat, dsb.
Dalam hubungan dengan sistem tromol yang menggunakan wadah besi, maka pelarut yang paling cocok digunakan adalah alkali sianida.
Perbandingan antara garam sianida dan tepung batuan adalah minimum 2 Kg NaCN : 1 ton batuan. Selama proses ini lumpur terus diaduk dengan kecepatan konstan. Pemerian suntikan udara kedalam lumpur sangat membantu terjadinya oksidasi logam emas dan perak, sehingga lebih memudahkan pelarutan. Reaksi - reaksi pelarutan sebagai berikut :
4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O 4 Na[ Au( CN) 2] + 4NaOH
4 Ag + 8 NaCN + O2 + 2 H2O 4 Na[ Ag( CN) 2] + 4NaOH
Ag2S + 4 NaCN 2 Na[ Ag( CN) 2] + Na2S
Pelarutan logam dengan sianida menghasilkan garam kompleks emas / perak sianida. Oksidasi yang dilakukan udara terhadap lumpur disamping membantu pelarutan logam juga berdampak negatif terhadap penurunan pH lumpur. Oleh karena itu pengendalian perlu dilakukan secara kontinu dengan pengecekan angka di pH meter. Disaat pH menurun maka harus segera ditambahkan NaOH / CaOH kedalam lumpur untuk menaikan pH di angka 10, 5. Tingkat pH lumpur sangat perlu dikendalikan, disamping pengendalian suhu di kisaran 250C-270C..."
" ...Agar kelarutan oksigen menjadi tinggi dan merata, maka gelembung udara tersebut disebarkan oleh mixer ( agitator) ke seluruh bagian lumpur di dalam reaktor. Kehadiran oksigen dalam lumpur dapat juga dilakukan melalui penambahan larutan hidrogen peroksida H2O2 ke dalam lumpur. Hidogen peroksida yang masuk akan terurai menjadi air H2O dan gas oksigen O2.
Pada beberapa batuan, terutama pada batuan sulfida, pemberian udara pada lumpur ( terutama pada saat pertama kali sianida diberikan) pada pH yang tinggi dapat menekan logam-logam reaktif semacam besi dan belerang menjadi kurang reaktif terhadap sianida, akibatnya adalah sianidasi emas menjadi lebih efisien ( penggunaan sianida makin hemat) ..."
" ...Pengolahan menggunakan air raksa masih dapat ditingkatkan perolehannya dengan cara melakukan kombinasi dengan larutan kimia, dalam hal ini menggunakan alkali sianida dan beberapa zat kimia lainnya.
Batuan hasil glundungan umumnya belum terlalu halus, sehingga sebagian dari emas belum terliberalisasi ( belum terbebaskan) . Emas yang masih terikat dengan unsur-unsur lain tentu saja tak terserap oleh logam raksa dan tertinggal di lumpur limbah olahan. Sedangkan perak, sebagian besarnya masih di batuan karena sifatnya masih berupa senyawa yang tak teramalgamasi oleh logam raksa.
Untuk memisahkan logam emas dari berbagai pengikat dan pelindungnya ( agar kemudian terserap oleh raksa) , maka dilakukan langkah-langkah refractory dan pelarutan. Refraktori bertujuan membuka selubung logam emas, agar mampu terserap oleh merkuri.Refraktori menggunakan kombinasi udara di dalam glundung dan senyawa garam timbal..."
Buku ini menjelaskan dengan sangat detail prinsip-prinsip dasar proses secara kimia, beserta aplikasi dari prinsip-prinsip tersebut dalam pengolahan Sistem Tromol.

Pengolahan Emas Dengan Kimia

PENGOLAHAN EMAS SECARA SIANIDA
Cara Kerja
1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga
menjadi tepung (mesh + 200).
2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari
bahan).
3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 – 11) dengan (T = 85 derajat).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring.
Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1)
7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2)
8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80 – 90 derajat).
9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90 – 100o).
10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110 – 120 derajat).
11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110 –
120o) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses Cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)
PROSES PEMURNIAN (DARI BULLION)
Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masingmasing, jadi deh logam murni.

1 komentar:

Untuk kebaikan blog ini komentar anda aku tunggu