27 November, 2009

Telur Bantu Perkembangan IQ Anak

Telur Bantu Perkembangan IQ Anak
YOGYAKARTA--Hasil penelitian Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengungkapkan bahwa telur dapat membantu perkembangan "intelligence quotient" (IQ/inteligensi) dan mengatasi kekurangan yodium pada anak."Telur sangat penting untuk dikonsumsi oleh anak usia sekolah. Mengonsumsi dua telur setiap hari dapat membantu perkembangan IQ dan mengobati penyakit defisiensi yodium," kata ahli gizi FK UGM Toto Sudargo SKM MKes di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, hasil penelitian yang dilakukan pada anak sekolah di kawasan pegunungan seperti Wonosobo dan Wonogiri, Jawa Tengah, menunjukkan dampak kekurangan yodium dapat menurunkan IQ anak sekitar 10-15 persen."Namun ketika diobati dengan telur bisa menambah IQ sekitar 20 persen. Untuk itu, sebagai langkah antisipatif, anak usia dini disarankan untuk mengonsumsi dua telur setiap hari untuk membantu perkembangan IQ," katanya.
Ia mengatakan, rata-rata anak sekolah di seluruh Indonesia sekitar 35-65 persen masih kekurangan gizi, terutama defisiensi yodium, bahkan di daerah Wonosobo dan Wonogiri diketahui sekitar 19-33 persen siswa sekolah kekurangan yodium.
Menurut dia, anak perlu mengonsumsi telur, karena daya serap satu telur yang beratnya 60 gram mengandung 7-8 gram protein, sedangkan untuk kebutuhan anak sekolah adalah sebesar 45 gram protein."Jadi, anak sekolah perlu mengonsumsi telur. Apalagi jika digoreng, karena ada tambahan 10 gram protein, yang akan menambah 110 kilogram kalori," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) Martalena Purba MCN PhD mengatakan, masalah gizi kurang menyebabkan kualitas penduduk Indonesia rendah terutama pada anak balita, ibu hamil, orang lanjut usia, dan siswa.
Menurut dia, berdasarkan penelitian, gizi kurang sering terjadi pada masa-masa tertentu seperti dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan perubahan iklim global yang menyebabkan perubahan siklus panen. "Selain itu, juga sering muncul ketika terjadi bencana, yang menyebabkan semakin bertambahnya jumlah penderita gizi kurang pada kelompok yang rentan," katanya

FKH UGM Temukan Reagen Penguji Daging Bangkai

FKH UGM Temukan Reagen Penguji Daging BangkaiKadang memeriksa daging sebelum membeli, tak cukup memastikan keaslian daging segar. Reagen FKH UGM mampu menguji daging segar atau bangkai dalam semenit. Kedepan reagen akan dikembangkan untuk penggunaan praktis
YOGYAKARTA - Sejumlah peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menemukan "reagen" untuk mendeteksi daging yang dijual di pasaran baik. Reagen itu akan mendeteksi baik daging bangkai maupun daging segar.
"Reagen itu disebut 'durante' yang merupakan hasil pengembangan dari penelitian di Jurusan Kesehatan Masyarakat dan Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM," kata salah satu staf peneliti bagian Kesmavet FKH UGM, drh Widagdo Sri Nugroho, di Yogyakarta, Selasa (21/7). Daging bangkai adalah daging dari hewan mati yang dijual di pasaran. Sementara daging segar adalah daging dari hewan hidup yang disembelih secara baik dan benar.
Menurut dia, "reagen" penguji daging bangkai tersebut mudah digunakan dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menentukan hasilnya. "Kurang lebih hanya butuh waktu satu menit untuk mengetahui apakah daging tersebut daging bangkai atau daging segar," katanya.
Daging yang akan diuji hanya tinggal dicacah kemudian dicampur dengan air mineral dan diambil ekstraknya. "Ekstrak itulah yang kemudian dicampur dengan 'reagen'," katanya.
Ia mengatakan, apabila warna ekstrak daging tersebut berubah menjadi hijau tua, daging tersebut adalah daging bangkai. Namun bila ekstrak berubah menjadi biru daging tersebut daging segar.
"Akurasi 'reagen' tersebut mencapai 95 persen. Bahkan akurasi bisa mencapai 100 persen jika diaplikasikan dalam pengujian di laboratorium," katanya.
Penelitian tentang "reagen" penguji daging bangkai tersebut, kata Widagdo, sudah dilakukan sejak 1997 saat masyarakat resah adanya daging bangkai yang dijual di pasaran.  "Reagen ini sudah mulai digunakan oleh dinas teknis terkait di Yogyakarta," katanya.
Ia mengatakan, formulasi "durante" sudah mengalami perkembangan dibanding hasil awal penelitian. "Pada mulanya kami menggunakan dua 'reagen', tetapi hasilnya tidak stabil dan akhirnya kami menggabungkan kedua 'reagen' tersebut dan hasilnya lebih stabil," katanya. Kedepan, kata Widagdo, formulasi "durante" tersebut akan tetap dikembangkan sehingga penggunaannya bisa lebih praktis

Peneliti IPB Temukan Telur Beromega-3 10 Kali Lipat Telur Normal

Peneliti IPB Temukan Telur Beromega-3 10 Kali Lipat Telur NormalKUNING TELUR: Bagi Anda yang memiliki kadar kolesterol tinggi, sebaiknya kurangi konsumsi kuning telur. Selain itu, batasi juga konsumsi otak dan jeroan.
BOGOR--Dua orang peneliti Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), berhasil menemukan telur ayam yang mengandung Omega-3 sepuluh kali kandungan Omega-3 pada telur normal. Telur omega-3, dihasilkan dari suplemen hasil penelitian. Suplemen ini sendiri, dihasilkan dari campuran bahan limbah perebusan ikan sarden yang mengandung omega 3, 6 dan 9 dengan ampas tahu sebagai filler.

Prof Dr Ir Iman Rahayu Hidayati Soesanto, salah seorang penemu suplemen untuk makanan ayam petelur mengatakan, teknologi sederhana dengan memanipulasi pakan yang diberikan pada ayam petelur dengan suplemen omega-3 selama tiga minggu berturut-turut. Dalam konferensi pers penemuan suplemen itu di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Kamis (19/11) siang, Iman Rahayu menjelaskan, penelitian ini dilakukan sejak 1995 bersama Dr Komari.
Hasil penelitian itu telah didaftarkan ke Departemen Hukum dan HAM untuk mendapatkan hak paten tahun 2005 dan tahun 2009 sudah mendapatkan sertifikat paten dengan nomor ID P 0023652 tanggal 24 Juni 2009. Omega-3 sendiri, menurut situs Departemen Kesehatan, mempunyai berbagai manfaat. Untuk bayi, zat gizi ini penting untuk perkembangan fungsi saraf dan penglihatan. Bahkan jauh sebelum bayi lahir, persisnya saat proses tumbuh kembang otak janin mulai berjalan, ibu hamil sangat dianjurkan mengonsumsi pangan sumber omega-3.
Fase cepat tumbuh otak pada janin terjadi ketika berusia 30 minggu sampai 18 bulan. Pada fase ini, jika janin kekurangan gizi, akan terjadi kondisi irreversible (tidak dapat pulih). Otak anak-anak sendiri masih tumbuh sampai usia sekitar lima tahun. Tak heran, usia balita disebut golden age yang harus terhindar dari kondisi kekurangan gizi.

Di usia dewasa, omega-3 punya peran khusus. Otak, susunan saraf pusat, saraf tulang punggung, sebagian besar terdiri atas asam lemak tidak jenuh (esensial). Terjadinya degenerasi (kerusakan) susunan saraf banyak disebabkan oleh kurangnya asam lemak esensial ini (omega-3 dan omega-6), menyebabkan premature senile dementia, atau hilangnya daya ingat di usia menengah dan turunnya fungsi otak secara drastis.
Omega-3 juga berperan penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh dan menghambat beberapa jenis kanker. Ia juga menurunkan risiko penyakit jantung koroner hingga 50%, menekan kolesterol jahat (LDL) sehingga mengurangi risiko aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah) yang sering menyebabkan penyakit jantung koroner atau stroke.
Sejumlah negara maju (Kanada, Swedia, Inggris, Australia, dan Jepang) dan WHO telah menetapkan rekomendasi tentang asupan omega-3 untuk setiap orang, yaitu 0,3 - 0,5 g/hari (EPA + DHA) dan 0,8 - 1,1 g/hari (asam linolenat). Sementara lembaga lain menyarankan asupan linolenat 0,6 - 1,2% dari total energi atau 1,3 - 2,7 g/hari berdasarkan konsumsi energi 2.000 Kkal.
“Suplemen Omega-3 ini, dibuat melalui setelah melakukan proses emulsi dan disperse terhadap bahan limbah perebusan ikan sarden. Ikan sarden ini, selain mempunyai Omega-3, sarden kadar omega-3 hingga 9, serta memiliki kualitas yang bagus dibandingkan dengan sumber Omega-3 dari tanaman dengan ampas tahu sebagai filler,” ujar Iman Rahayu.
Sebagai perbandingan, kata Iman Rahayu, EPA dan DHA setiap 100 gram telur yang dihasilkan dari ayam yang diberikan pakan mengandung suplemen omega-3, sebesar 404 miligram dan 2.816 miligram. Sedangkan telur biasa mempunyai kandungan EPA dan DHA lebih rendah yakni 166 miligram dan 239 miligram.
Setiap 100 gram telur yang dihasilkan dari ayam yang diberi suplemen omega-3 mempunyai kandungan kolesterol lebih dengan yang mencapai 50 persen dibanding telur tanpa omega-3. Untuk telur biasa, besarnya lemak mencapai 295 miligram sedangkan telur omega-3 hasil penelitian peneliti IPB hanya menghasilkan lemak sebesar 147 miligram.
Dengan pemberian suplemen ini kepada seekor ayam petelur, kondisi fisik telur yang dihasilkanpun berbeda dengan telur biasa. Tampak, warna kuning telur yang dimiliki oleh telur ini, mempunyai warna yang lebih pekat.
Selain itu, selaput kuning telur yang dimiliki oleh telur hasil ayam yang diberi suplemen Omega-3 hasil penelitian ini, tampak lebih tebal. “Keunggulan lain telur ini memiliki kemampuan meningkatkan kekebalan tubuh,” ujar Dosen Fakultas Peternakan IPB ini.
Suplemen hasil penelitian Dosen IPB ini, selanjutnya akan diproduksi secara massal dengan sasaran perusahaan peternakan ayam.Namun untuk sementara ini, ujarnya, suplemen untuk meningkatkan omega-3 ayam petelur ini akan kita digunakan untuk peternakan yang berada di kawasan milik IPB. c13/kpo