Selama ini untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti maupun Anopheles, masyarakat masih banyak yang menggunakan bahan kimia (insektisida). Padahal, hal itu tidak ramah lingkungan dan sudah ada indikasi terjadinya resistensi nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles di berbagai tempat terhadap jenis insektisida tertentu.
"Untuk Aedes aegypti sudah ada kecenderungan toleran terhadap senyawa organofosfat," kata Kepala Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit, Depkes, Dr Damar Tri Boewono MS pada Republika. Organofosfat ini merupakan bahan kimia untuk pengendalian nyamuk dan jentik-jentik. Karena itulah, lanjutnya, maka Balai Penelitian Vektor Reservoir Penyakit melakukan uji efikasi bioinsektisida Bacillus thuringiensis dan Bacillus sphaericus terhadap jentik nyamuk vektor malaria dan demam berdarah dengue (DBD). "Hasilnya cukup baik," kata Damar.
Penelitian yang dilakukan adalah satu oase (sebanyak sepucuk cotton buds) dari biakan spora Bacillus thuringiensis yang dimasukkan ke dalam air kelapa. Kelapa yang masih utuh dibuka sedikit. Setelah dimasukkan spora lalu ditutup kembali. Setelah satu minggu dibiarkan di dalam kelapa, Bacillus thurigiensis dan Bacillus sphaericus tersebut sudah menjadi banyak, jelas Damar yang laboratoriumnya sudah direkomendasikan oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia) untuk pengujian insektisida yang akan dilakukan oleh suatu program atau rumah tangga.
Lebih lanjut ia mengatakan bila sasaran dari bioinsektisida adalah jentik nyamuk Anopheles, maka spora tersebut harus mengapung. Sebaliknya, bila sasarannya jentik nyamuk Aedes aegypti maka spora tersebut harus berada di dasar. Sekarang, bioinsektisida tersebut sudah dipakai oleh Newmont dan Freeport. Dengan demikian, kata Damar, bila bioinsektisida akan digunakan untuk mengendalikan jentik-jentik Anopheles dan Aedes aegypti, bahannya harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan perilaku jentik-jentik nyamuk tersebut. Dia mengakui bahwa bioinsektisida itu aman, tidak ada efek samping, dan ramah lingkungan.
Menurutnya, pernah ada peragaan di masyarakat untuk membuktikan keamanan bioinsektisida. Caranya, bioinsektisida dimasukkan ke dalam air minum, lalu diminum. Terbukti bahwa orang yang meminumnya tidak mati, jelasnya. Di bagian lain ia mengatakan pengendalian nyamuk dengan organofosfat masih bisa, tetapi harus menaikkan dosisnya. Dengan demikian biaya lebih mahal dan resistensi akan lebih tinggi lagi. "Kalau saya berkata jujur dari sisi pertanian, organofosfat ini lebih banyak meracuni tanah," kata Damar.
Begitu bahan insekstisda itu masuk ke dalam tanah, dia akan terbawa air hujan dan akan terkumpul di suatu tempat. Nyamuk akan berkembang biak di sana dan akan beradaptasi dengan lingkungan tersebut sehingga akan muncul resistensi. Kedua spora tersebut, jelasnya, sudah dijual di pasaran. Spora ini harus disimpan di tempat yang dingin supaya tidak mati.
Sumber : Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk kebaikan blog ini komentar anda aku tunggu