Tengkurap atau Telentang? Bayi yang tidur tengkurap dianggap lebih kuat jantungnya dan lebih cerdas. Tapi, itu bisa menyebabkan kematian mendadak. Telentang lebih baik? "Dulu saya memaksa putri saya, Irma (2 bulan), tidur tengkurap. Dengan tidur tengkurap, seperti pernah saya baca, akan membuat bayi lebih cerdas," kata Ny. Yeanni (28 tahun). Belakangan, ia mendapat informasi bahwa tidur tengkurap bisa mengakibatkan bayi mati mendadak, atau populer disebut SIDS //(Sudden Infants' Death Syndrome)//. Yeanni kini lalu berupaya mengubah posisi tidur bayinya menjadi telentang. Tapi, "Irma ternyata tidak betah tidur telentang. Ia merengek dan menggeliat terus. Setelah ditengkurapkan, baru ia tidur nyenyak." Bagaimana posisi tidur bayi yang baik -- telentang atau tengkurap -- hingga kini memang masih menjadi bahan perdebatan. Sementara ahli beranggapan, bayi yang tidur tengkurap jantungnya akan lebih kuat. Otaknya juga lebih cerdas dibanding bayi yang biasa tidur telentang. Alasan itu membuat banyak orang tua 'memaksa' bayinya tidur tengkurap di bulan-bulan pertama kelahirannya, saat si bayi belum bisa tengkurap sendiri. Sebagian lagi mengatakan, tidur tengkurap dikhawatirkan akan membuat bayi sulit bernapas jika ia gumoh -- mengeluarkan kembali sebagian ASI yang diminumnya. Penelitian universitas di Selandia Baru, Auckland, dan Otago, memang menemukan bahwa SIDS berpeluang menyerang bayi yang tidur tengkurap. Namun, setelah dilakukan otopsi (bedah mayat), penyebab kematian bayi tersebut tidak jelas. Bayi tampak normal sebelum meninggal. Namun riwayat perinatal yang terperinci dan pemeriksaan mendalam pada jantung, paru-paru, serta saraf, menunjukkan ketidaknormalan. SIDS biasanya menyerang bayi berusia 2 bulan. Jumlahnya meningkat pada saat musim infeksi virus yang mengganggu saluran pernapasan (virus respiratorik). Uniknya, sebagian besar bayi yang terserang SIDS meninggal sekitar tengah malam sampai pukul 9.00 pagi. Artinya, kebanyakan bayi terserang SIDS saat mereka tertidur. Di Eropa dan Amerika, penyebab utama terjadinya SIDS adalah faktor genetik. Faktor lainnya adalah bayi prematur, berat lahir rendah (di bawah 2.500 gram), dan lingkungan sosial. Meski begitu, American Academy of Pediatrics pada tahun 1992 merekomendasikan agar bayi ditidurkan dalam posisi telentang atau miring. Dokter spesialis anak Eric dari RSCM Jakarta juga tak setuju jika dikatakan bahwa SIDS diakibatkan oleh tidur tengkurap. Menurut pengalamannya, di Australia ada 2-3 kasus SIDS setiap minggu dan penyebabnya belum jelas. "Bayi tidur tengkurap memang ada untungnya. Bayi jadi lebih aktif," katanya. Telentang atau Tengkurap? Menurut Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A.K. dari RSCM, di Indonesia data mengenai SIDS hampir tak ada. "Sampai saat ini, secara akademis belum ada kasus SIDS yang terbukti. Jadi tak perlu khawatir bayi tidur dengan tengkurap," katanya. Apalagi, sebagian bayi juga lebih suka tidur tengkurap. Dengan tidur tengkurap, udara dalam perut mudah keluar karena perut tertekan. Keadaan tersebut akan membuat bayi merasa enak. Menurut Nartono, bayi usia 0-4 bulan boleh saja ditengkurapkan, dengan syarat alas tidur bayi harus keras (seperti matras) dan bukan dari bahan yang empuk (busa). Spreinya pun harus ditarik kuat, jangan sampai ada lipatan-lipatan, dan tanpa bantal. Ia juga menyarankan agar bayi yang tidur diawasi cermat. Tapi, katanya, "Tidur tengkurap bukan untuk mencerdaskan bayi. Kecerdasan itu, kan, kaitannya dengan pendidikan, asah, asih, asuh, dan lingkungan sosial." Bayi tidur telentang pun bukan tanpa masalah. Bayi yang terus-menerus tidur telentang kepalanya akan //peyang//. Selain itu, dengan tidur telentang, bayi senang memalingkan kepala ke satu arah saja. Hal tersebut akan membuat sebelah kepala bayi yang masih lunak, menjadi agak datar. Memang, sih, ini tak membahayakan otak. Namun, sayang juga kalau kepala anak bentuknya tidak utuh. Tidur telentang juga dikhawatirkan akan membuat muntahan yang mengalir ke aliran yang menghubungkan tenggorokan dengan telinga. Ini bisa membuat bayi kesulitan bernapas atau telinganya berpeluang terkena infeksi. Nartono menyarankan, sebaiknya bayi usia 0-6 bulan tidur sekamar dengan orang tuanya. Dengan tidur sekamar, pengawasan terhadap bayi lebih terjamin. Ibu atau ayah akan segera tahu dan menolong si kecil jika ia mengalami kesulitan bernapas. Bayi berumur 6 bulan ke atas, umumnya telah dapat tidur dengan aktif. Ia bisa memilih posisi tidur yang disukai (telentang atau tengkurap). Jika tak nyaman dalam posisi tersebut, bisa juga membantunya untuk tidur miring. Gulung selimut atau handuk untuk menyangga kepalanya agar ia merasa nyaman. (Ito). Supaya Bayi Tidur Nyaman Waktu tidur bayi berubah-ubah. Bayi yang baru lahir umumnya membutuhkan waktu tidur 16 jam sehari. Setiap 3 jam, biasanya ia terbangun untuk minum susu. Sesuai perkembangan usianya, pola tidur bayi akan mendekati pola tidur orang dewasa. Ia akan lebih banyak tidur di malam hari dan bangun di siang hari, terutama bayi berusia 6 bulan ke atas. Namun tak sedikit bayi yang tidak bisa menikmati waktu tidurnya dengan baik. Ia kerap terjaga dan menangis. Keadaan itu tak perlu dicemaskan. Sebab bisa saja ia tergolong bayi yang tak membutuhkan waktu tidur lama. Hanya, sebagai orang tua ada baiknya kita memberi sarana buat bayi agar ia bisa tidur nyaman. Di bawah ini beberapa sarana: 1. Ayunan Orang tua kita dulu biasa menidurkan bayi dengan cara mengayun-ayun. Di pedesaan, bayi diayun dengan kain panjang yang kedua ujungnya diikatkan ke pintu bagian atas. Dengan cara itu si ibu bisa melakukan pekerjaan dan sesekali mengayun-ayunkan bayinya. Kini banyak ayunan dari rotan atau besi dengan model aneka warna. Gerakan ayunan memang akan membuat bayi merasa tenang. Ia merasa seperti dalam rahim ibu. Ia diayun-ayun jika ibu melakukan berbagai kegiatan. 2. Boks atau keranjang Tidur dalam boks atau keranjang akan membuat bayi -- lagi-lagi -- teringat dalam rahim. Ruang gerak yang terbatas berguna untuk menciptakan suasana 'meringkuk' seperti dalam rahim. Itu akan membuatnya aman hingga bisa lelap tertidur. Jika bayi tidur satu tempat tidur dengan orang tua, sebaiknya beri bantal dan guling di sekelilingnya. Tempat tidur yang luas malah akan membuat bayi kesepian. 3. Musik dan nyanyian Cobalah untuk menyanyikan lagu-lagu lembut untuk menidurkan bayi. Jika merasa suara Anda hanya akan 'mengganggu' si kecil, nyalakan saja radio atau //tape//. Alunan musik atau lagu akan membuat si kecil terbuai. Saat di dalam rahim, ia terbiasa mendengar detak jantung ibu yang membuatnya tenang. Setelah lahir, musik dan nyanyian masih punya efek menenangkan. (id dari berbagai sumber)
29 Oktober, 2009
Tengkurap atau Telentang?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk kebaikan blog ini komentar anda aku tunggu