25 Desember, 2010

Kayu dan Pengawetannya

Beberapa jenis kayu tertentu harus diawetkan untuk mencegah serangan serangga/organisme maupun jamur perusak kayu. Yang dimaksudkan dengan pengawetan yaitu memasukkan bahan kimia ke dalam (pori-pori) kayu sehingga menembus permukaan kayu setebal beberapa mm ke dalam daging kayu.

Pengawetan bertujuan untuk menambah umur pakai kayu lebih lama terutama kayu yang dipakai untuk bahan bangunan ataupun untuk perabot di luar ruangan.





Kayu dikategorikan ke dalam beberapa kelas awet.
1. Kelas awet I (sangat awet), misal: kayu Jati, Sonokeling
2. Kelas awet II (awet), misal: kayu Merbau, Mahoni
3. Kelas awet III (kurang awet), misal: kayu Karet, Pinus
4. Kelas awet IV (tidak awet), misal: kayu Albasia
5. Kelas awet V (sangat tidak awet)


Dengan tingkat keawetan tersebut di atas, hanya Kelas awet III, IV dan V yang perlu diawetkan. Pada keperluan tertentu, bagian kayu gubal dari kayu kelas awet I & II juga perlu diawetkan.
Kayu-kayu yang telah diawetkan akan tahan terhadap serangan serangga perusak dan jamur kayu walaupun kayu diletakkan di luar ruangan.


Bahan pengawet yang kandungan intinya berupa bubuk memiliki berbagai jenis. Bahan tersebut dicampurkan dengan air pada kadar campuran tertentu (lihat SNI-3233-1992) dan metode pengawetannya bermacam-macam.


Borax menjadi salah satu bahan yang digunakan untuk mengawetkan kayu dari metode vakum, pencelupan dingin, pencelupan panas (rebus) hingga metode pemolesan.




Tindakan pencegahan

Namun demikian dalam hubungannya dengan lingkungan dan kesehatan pemakai, pengawetan kayu pada perabot sebaiknya memhatikan hal-hal berikut:

1. Jangan lakukan pengawetan kayu apabila produk furniture yang akan anda produksi terdapat kontak langsung dengan makanan, misalnya: piring, rak makanan dll. Bahan kimia preservatives akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan konsumen.
2. Jangan mengawetkan kayu yang akan digunakan untuk bagian top table.
3. Gunakan bahan pengawet, apabila memungkinkan, hanya pada area yang mudah terlihat misalnya lantai kayu, decking dan panel dinding.
4. Hindari penggunaan kayu yang diawetkan untuk kontruksi yang berpotensi kontak langsung dengan air minum dan air bersih, misalnya struktur jembatan.
5. Buanglah sisa-sisa kayu yang diawetkan dengan cara dikubur atau sampah biasa. Jangan dibakar atau digunakan untuk pembakaran kompor, api penghangat ruangan karena asapnya yang mengandung bahan kimia bisa berubah menjadi asap.
6. Hindari diri anda dari debu gergaji atau amplas terlalu banyak, gunakan masker yang memadai.
7. Terutama bagi anda yang bekerja di area pengawetan kayu dan/atau yang kontak langsung dengan bahan kimia tersebut, cucui bersih tangan dan bagian tubuh anda hingga benar-benar bersih sebelum makan atau minum.
8. Apabila baju yang anda kenakan terdapat kemungkinan terkena percikan bahan kimia atau debu dan cara kontaminasi lainnya, pisahkan pakaian tersebut dari yang lain pada saat pencucian




Bahan pengawet kayu adalah suatu senyawa (bahan) kimia, baik berupa bahan tunggal maupun campuran dua atau lebih bahan, yang dapat menyebabkan kayu yang digunakan secara benar akan mempunyai ketahanan terhadap serangan cendawan, serangga, dan perusak-perusak kayu lainnya.
Kemanjuran (evektivitas) bahan pengawet tergantung pada toksisitas (daya racun = daya bunuh) terhadap organisme perusak kayu atau organisme yang berlindung di dalam kayu. Semakin tinggi kemampuan meracuni organisme perusak kayu, semakin manjur dan semakin efektif pula bahan pengawet itu digunakan untuk mengawetkan kayu.
Disamping bersifat racun bagi organisme perusak kayu, bahan pengawet yang layak digunakan dalam proses pengawetan kayu juga harus memenuhi persyaratan berikut:
Bahan pengawet harus mudah meresap pada kayu menuju ke bagian yang cukup dalam.
Bahan pengawet harus dapat digunakan secara mudah dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit atau membahayakan kesehatan.
Bahan pengawet tidak mudah menguap dan tidak mudah terurai menjadi unsur-unsur yang tidak beracun, namun harus mampu berada secara permanen di dalam kayu.
Harganya relatif murah serta mudah didapatkan di pasaran.
Bahan pengawet tidak mengkorosikan (mengauskan) logam (sebagai contoh: paku) yang bersentuhan (digunakan bersama) dengan kayu yang diawetkan.
Bahan pengawet tidak mengurangi sifat baik (misal: keindahan dan kekuatan) yang melekat pada kayu.
Bahan pengawet sebaiknya tidak berwarna dan berbau.
Bahan pengawet tidak mudah terbakar.
Bahan pengawet tidak mengembangkan (memperbesar ukuran panjang, lebar, tebal) dimensi kayu.
Oleh karena adanya banyak persyaratan tersebut, bila akan memilih bahan pengawet untuk kayu, kita harus berhati-hati. Kita harus memperhatikan bahan pengawet itu dalam hal toksisitas, keamanan terhadap kesehatan, kebakaran ketahanannya di dalam kayu, harga, korositas, pengkayaan sifat kayu, dan warna.
Bahan pengawet yang memenuhi syarat pemakaian tersebut cukup mudah dijumpai di toko-toko bahan kimia. Bahan pengawet demikian tersedia dalam berbagai ragam. Dari segi jenis, sifat fisiko kimia, dan bentuknya, kita dapat membedakan bahan pengawet yang satu terhadap bahan pengawet yang lain. Ada bahan pengawet yang berupa cairan, padat, serbuk dan emulsi ini perlu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Begitu banyaknya bahan pengawet ini, sehingga ada beberapa pakar atau lembaga yang berusaha mengelompokkan bahan-bahan pengawet ini. Untuk mempermudah pemanfaatan bahan pengawet kayu ini, kita perlu mencari cara pengelompokan tertentu, yaitu pengelompokan yang didasarkan pada cara pemakaian bahan pengawet. Berdasarkan cara pemakaian ini, bahan pengawet kayu digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu bahan pengawet kayu berupa minyak, bahan pengawet kayu yang dilarutkan dalam minyak, bahan pengawet kayu yang dilarutkan dalam air.
Dalam penelitian ini kita menggunakan bahan pengawet tradisional yang dilarutkan dalam air. Bahan pengawet yang dilarutkan dalam air mempunyai banyak kelebihan. Pertama karena bahan pelarutnya berupa air, larutan bahan pengawet ini relatif lebih murah dibanding dengan bahan pengawet lain. Kedua, bahan pengawet ini bebas dari bahaya kebakaran dan peledakan selama proses pengawetan. Ketiga, bahan pengawet ini mudah meresap ke dalam kayu. Keempat, bahan pengawet ini mudah diperoleh.
Meskipun demikian, bahan pengawet larut air ini juga mengandung kelemahan. Pertama, karena sifat higrorkopis dari kayu, kayu yang diawetkan akan memuai ukuran dimensinya. Kedua, air sebagai bahan pelarut akan membasahi kayu sehingga untuk penggunaan tertentu kayu harus dikeringkan lagi. Proses pengeringan ini akan menyusutkan kembali ukuran kayu. Ketiga, bahan pengawet ini tidak memberi perlindungan kayu terhadap pelapukan dan keausan mekanis. Keempat, bahan pengawet ini lebih mudah luntur, terurai dan semakin lama berkurang kadarnya pada kayu yang diawetkan apabila kayu ini digunakan dalam kondisi yang berhubungan dengan air atau tanah yang basah.
Bahan pengawet ini lebih sesuai digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di tempat kering, misal kayu bangunan, terutama yang menekankan aspek kebersihan dan tidak berbau

Jenis, komposisi bahan aktif, formulasi dan bentuk bahan pengawet
No.Jenis bahan pengawetKomposisiFormulasi bahan aktif garamBentuk
Bahan aktif%
1
CCB1CuSO4.5H2O
K2Cr2O7
H3BO3
33
37
25
95%Bubuk
2
CCB2CuSO4
K2Cr2O7
H3BO3
34
38
25
97%Bubuk
3
CCB3CuSO4
Na2Cr2O7
H3BO3
28,6
43,9
27,5
100%Bubuk
4
CCB4CuSO4.5H2O
Na2Cr2O7.2H2O
H3BO3
32,4
36,0
21,6
90%Pasta
5
CCFCuSiF6.4H2O
(NH4)2Cr2O7
36,3
63,7
100%Bubuk
6.2.3.  Persyaratan retensi dan penetrasi bahan pengawet dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persyaratan retensi dan penetrasi bahan pengawet

JenisBentuk/FormulasiRetensi (kg/m3)Penetrasi (mm)
Dibawah atapDi luar atap
CCB1- Bahan aktif garam
- Formulasi
8,0
8,4
11,0
11,6
5
5
CCB2- Bahan aktif garam
- Formulasi
8,0
8,2
11,0
11,3
5
5
CCB3- Bahan aktif garam
- Formulasi
8,0
8,0
11,0
11,0
5
5
CCB4- Bahan aktif garam
- Formulasi
8,0
8,0
11,0
12,2
5
5
CCF- Bahan aktif garam
- Formulasi
6,0
6,0
8,6
8,6
5
5



Pengawetan kayu dengan Cara Pemulasan dan penyemprotan
Cara pengawetan yang paling sederhana dan menghasilkan pengawetan yang kurang baik karena van pengawet yang masuk dan diam pada kayu hanya sedikit serta van pengawet mudah luntur. Keuntungannya hádala : alat yang digunakan sederhana, mudah penggunaannya dan murah. Dianjurkan hanya dipakai sementara, serangan perusak kayu tidak ganas dan untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Contohnya memberi lapisan cat pada kayu, melabur kayu dengan ter, dll.
Pengawetan kayu dengan Cara Rendaman
Kayu direndam dalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan kepekatannya selama beberapa hari. Kayu harus terendam semua.
Ada tiga cara pengawetan dengan rendaman, yaitu : rendaman dingin, rendaman panas dan rendaman panas-dingin.
Bahan pengawet yang digunakan berupa garam.
Keuntungannya : Penetrasi dan retensi van pengawet lebih banyak, kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama, larutan dapat digunakan berulangkali.
Adapun keruguian pengawetan kayu dengan cara rendaman adalah :waktunya lama terutama rendaman dingin, peralatannya mudah kena karat, pada proses rendaman panas kayu dapat terbakar dan kayu basah sulit diawetkan dengan cara ini.
Pengawetan kayu dengan Cara Tekanan dan vakum (cara modern)
Keuntungannya : penetrasi dan retensi bahan pengawet tinggi sekali, waktunya singkat dan dapat mengawetkan kayu basah atau kering.
Kerugiannya adalah : biayanya mahal, perlu ketelitian tinggi dan hanya digunakan untuk perusahaan komersiil.
Menurut cara kerjanya, proses ini dibagi menjadi :
  1. Proses sel penuh, dimana pada proses ini bahan pengawet mengisi seluruh lumen sel kayu.  Metode sel penuh ada 2 cara yaitu metode bethel dan Bernett.
  2. Proses sel kosong, yaitu bahan pengawet hanya mengisi ruang antar sel kayu. Ada dua cara yaitu cara Rueping, menggunakan tekanan awal 4 atmosphere dinaikkan sampai dengan 8 atm. Cara kedua yaitu cara Lawry menggunakan tekanan awal 7 atm.
Urutan cara kerja proses sel penuh, yaitu :
  1. Kayu dimasukkan ke dalam tangki tertutup rapat.
  2. Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki dengan tekanan 60 cm/Hg ± 90 menit.
  1. Sambil divakum, bahan pengawet dimasukkan ke tangki sampai penuh.
  2. Setelah tangki penuh, vakum dihentikan diganti dengan proses tekanan ± 8 – 15 atmosphere Â± 2 jam
  1. Tekanan dihentikan, bahan pengawet dikeluarkan
  2. Dilakukan vakum terakhir ± 40 cm/Hg ± 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.
Urutan cara verja proses sel kosong :
  1. Kayu dimasukkan ke tangki tertutup rapat.
  2. Langsung diberi tekanan ke dalam tangki ± 4 atmosphere Â± 10 – 20 menit.
  3. Bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki sampai penuh.
  4. Tekanan ditingkatkan sampai 7-8 atmosphere selama 2 jam.
  5. Tekanan dihentikan, bahan pengawet dikeluarkan
  6. Dilakukan vakum terakhir ± 60 cm/Hg ± 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk kebaikan blog ini komentar anda aku tunggu